Pengalaman Satu Tahun di Madyapadma
Saya pertama kali masuk resmi di SMA 3 pada bulan Agustus tahun lalu. Pada
saat itu sedang diadakan pemilihan ekstra, untuk menentukan mau masuk ekstra
mana. Saya sangat bingung ingin memilih ekstra yang mana, karena saat di SMP saya tidak serius
dalam ekstra. Dan pada akhirnya saya memilih ekstra Madyapadma, tapi setelah saya memilih ekstra tersebut ternyata ada tes apabila
satu ekstra memiliki lebih dari 30 peminat.
Pada
saat itu saya sudah pasrah dan menyerah apabila ada tes, itu karena saya sama
sekali tidak pernah mengikuti ekstra jurnalistik seumur hidup saya. “Bagaimana
akan menang bila dibandingkan dengan orang yang sudah ahli dalam bidang
jurnalistik dan sudah memenangi banyak lomba dalam bidang ini” begitu pertanyaan yang ada dalam hati saya.
Alhasil, ada sebuah keajaiban yang terjadi,
tidak ada tes penentuan untuk masuk ke Madyapadma. Itu karena kak Ananta atau pembina nya
sedang dalam jadwal yang sibuk pada saat itu. Akhirnya saya resmi menjadi
anggota Madyapadma, dan kegiatan pertama adalah pemilihan ketua. Semua anggota mp yang
baru dikumpulkan dalam satu kelas dan diminta untuk mendengarkan orasi dari
calon-calon ketua yang duduk didepan dengan menggunakan meja dan kursi,
layaknya ujian semester. Di atas setiap meja tersebut ada sebuah kertas putih
yang terlipat menjadi papan nama, yang tertulis kan adalah : INTAN, YANA, COK
LAKSMI.
“Ouhh, jadi itu nama mereka, kak intan, kak Yana dan kak Cok Lasmi” bisik saya dalam
hati. Setidaknya saat itu merupakan saat dimana saya pertama kali menemui
mereka dan mengetahui namanya. Pada saat orasi dimulai, suara riuh mulai
terdengar dari kakak kelas yang lainnya, mereka membawa papan bertuliskan nama dari calon yang
mereka dukung. Tapi, agar tidak pilih kasih, mereka membawa 3 papan yang
berisikan nama semua calon. Jadi waktu giliran kak Yana, kakak kelas yang
lain ngangkat papan yang ada nama kak Yana trus bersorak sorak.
Berlanjut ke kegiatan ekstra pertama, seperti
yang sudah dilakukan selama ini kegiatan ekstra di SMA 3 dilaksanakan pada hari Sabtu. Jadi, pada hari Sabtu itu terjadi hal yang paling membuat saya menjadi gugup, yaitu perkenalan.
Bayangkan, saya sama sekali tidak pernah masuk ekstra jurnalistik dan tidak tahu apa apa tentang jurnalistik. Jadi pada perkenalan saya berkata “ingin
mendalami jurnalistik” saya berhenti sebentar “hmm, kayaknya kurang deh” lalu,
“dan juga ingin mendalami fotografi”. Yeay, saya berhasil melewatinya.
Screening film |
“Hmmm, kelompok ini terdiri dari 5 orang,
tidak ada orang yang ane kenal, wajahnya asing semua, mentornya kurang
meyakinkan...” itu hal pertama yang terbecus di otak saya saat pertama kali
melihat kelompok. Mari merapat, akan saya sebutkan nama dari anggota kelompok
saya. Galuh : si pemimpin kelompok, Hardy : editor handal, Dagit : biasa aja,
Galing : fotografer, saya : ndak tau mau ngapain. Kombinasi yang sangat pas
sekali.
Setelah itu kami membuat kording dan ternyata
kelompok yang saya kira buruk di awal telah menjadi kelompok yang sangat
menyenangkan dan memiliki banyak keseruan. Mentornya juga menjadi lebih meyakinkan setelah saya
mengenalnya, ampun kak. Kita tertawa bersama hingga stress bersama waktu
pembuatan kording berlangsung. Tapi kordingnya berhasil selesai dan mendapat
peringkat kording terbaik seantero MP 39.
Tak terasa sudah 6 bulan lebih saya masuk MP, dan sekarang adalah
waktunya acara akbar yang terbesar, termewah, termegah dan termengagumkan,
yaitu tidak lain dan tidak bukan adalah Presslist. Hmmm, Presslist ? apa itu ? tentunya kalian yang tidak
pernah ikut ekstra jurnalistik akan bertanya apa itu Presslist, persis seperti
saya pada saat itu, wkwkwk. Walaupun saya tidak tahu itu kegiatan apa, saya
tetap semangat dan enerjetik pada saat pengumuman panitianya. Saya masih santai
di awal, pada saat nama saya tidak ada, namun setelah sekian lama nama saya
tidak disebut dan hampir semua teman saya sudah disebut, saya mulai takut
nama saya dilupakan dari MP. Tapi tiba tiba nama saya muncul di tembok putih (waktu itu pake lcd)
dan saya menjadi koordinator buku dan mini album.
Lagi lagi, kesan pertama yang saya hadapi sama
seperti saat kelompok kording diumumkan. Padahal saya tidak pernah bikin buku,
saya juga masih kurang tau apa itu mini album. Jadi, ini merupakan kejadian membingungkan
ketiga dalam hidup saya, 1. Mendapat nem besar saat UN SMP, 2.
Mendapat nem besar saat UN SMA, dan 3. Saat ini.
Tapi ternyata semua dapat berjalan lancar,
walaupun di awal saya sangat membutuhkan bantuan dari kak Utik untuk membuat jadwal waktu supaya semua kegiatan
berjalan sesuai rencana. Setelah semua persiapan sudah mau selesai, tepatnya
pada saat h-1 Presslist. Ada satu hal yang kurang, yaitu foto cover depan untuk buku “Teluk Benoa : Magnet di kaki Pulau Bali”. Saya, Perana dan Dyo akhirnya
menuju ke Teluk
Benoa,
tepatnya daerah Serangan untuk mengambil foto agar dapat dijadikan cover. Kami bertiga masuk
kedalam hutan mangrove di Serangan, sesuai dengan petunjuk dari kak Ananta. Setelah beberapa sesi fotografi, kami
mendapatkan foto yang kami “anggap” bagus dan segera kembali ke ruang MP. Tetapi, setelah dilihat oleh kak Ananta, foto itu masih
kurang untuk dijadikan cover buku. Jadi saya dan Perana kembali ke hutan mangrove jam 5 untuk
mencari foto yang bagus. Sesampainya disana saya langsung mencari foto yang bagus, setekaah beberapa kali mengambil foto akhirnya ada yang dipilih oleh kak Ananta.
Setelah itu, kami langsung mengepak semua barang kami dan lari dari hutan
mangrove karena hutannya begitu mengerikan saat gelap.
Kayaknya itu saja yang sudah saya alami selama
setahun di Madyapadma, pokoknya banyak kegiatan menyenangkan dan hal hal baru yang saya dapatkan
setelah setahun di MP
adyapadma. Mulai dari pengalaman hingga teman teman baru.
Oke, bye kawan, salam MP !!!