Kekeringan Mengintai Pulau Surga
Bali....
siapa yang tidak mengenal pulau yang akrab disebut pulau dewata ini. Karena
keindahan dan keelokannya, tidak disangka sangka bali bisa menjadi destinasi
wisata terpopuler ke 2 didunia. Kepopuleran tersebut akhirnya mendatangkan
banyak wisatawan baik dari dalam negeri hingga keluar negeri.
Banyaknya
wisatawan otomatis diseimbangkan dengan penyediaan penginapan yang dipakai
untuk meraih keuntungan dari pihak pihak tertentu. Salah satu pihak yang
mengambil keuntungan dari penyediaan penginapan itu adalah pemerintah.
Pemerintah kita, dengan senang hati menadahkan
tangan mereka untuk menerima pajak pajak
dari penginapan yang keberadaannya semakin meluap. Mereka seperti amoeba
yang bisa bertambah setiap menitnya. Bali yang dulunya asri nan indah, sekarang
telah menjadi kubangan bagi para investor yang menanamkan modal di penginapan mereka.
Sebuah
penginapan tidak akan luput dari sarana dan prasarana didalamnya. Salah satu
sarana yang diperlukan adalah air. Untuk membuat sebuah penginapan betah
ditempati, tentunya setiap investor akan
menyediakan pasokan air bersih. Tidak lain dan tidak bukan, air yang ada di
hotel dan villa- villa sekarang ini kebanyakan berasal dari bawah tanah. Dimana
mereka harus menggali untuk mendapatkan air itu.
Sumber : bali.tribunnews.com |
Di
saat para penduduk hanya menggali hingga belasan meter untuk mendapatkan
pasokan air, mereka menggali hingga kurang lebih 60 m dari permukaan tanah
untuk mendapatkan air bersih. Penggalian yang
berlebihan akan membuat tanah diatasnya tidak stabil sehingga
menyebabkan
tanah longsor, kekeringan, dan kekurangan air bersih.
Disini
bisa kita simpulkan bahwa semakin banyak
penginapan sama dengan semakin sedikit pasokan air bersih yang tersisa. Namun
sekarang ini, pertumbuhan penginapan tidak dapat dibendung lagi. Pemerintah
menjadi terlena oleh kenikmatan yang didapatkan dari penginapan, mereka tidak
memikirkan nasib Bali kedepannya.
Alhasil,
Bali yang dahulunya berlimpah ruah akan air bersih, sekarang menjadi kekurangan
akan benda tersebut. Penginapan yang seharusnya merupakan salah satu keuntungan
untuk bali, malah membuat kerugian yang lebih besar.
Karena
pasokan air yang berkurang, ada beberapa orang didesa yang kesulitan untuk
mendapatkan air bersih. Salah satunya, kasus Made Nyemplong Warga Jalan Wibisana, Banjar Balun,
Pemecutan Kaja, Denpasar.
Ia mengaku telah membeli air rata rata 8 galon sehari. Air itupun ternyata
hanya cukup untuk dipakai hingga siang hari saja. Kasus Made Nyemplong ini
patut digunakan
sebagai contoh akan krisis air di Bali.
Dari
pihak masyarakat , kita dari sekarang sudah harus mengurangi penggunaan air
bila tidak diperlukan. Sedangkan pemerintah,
mereka perlu membasmi pertumbuhan villa dan hotel di Bali ini.
0 komentar:
Posting Komentar