Sabtu, 17 Juni 2017

Sekolah : Perlu Pengeluaran untuk Penghasilan


Sekolah : Perlu Pengeluaran untuk Penghasilan

 “Ya memang pikirannya kearah tamat-kerja, tamat-kerja kenten

Kalimat tersebut diucapkan oleh Tjokorda Gede Mayun selaku salah satu guru dari Sekolah Menengah Keatas (SMA) Pariwisata PGRI Dawan Klungkung yang merupakan sekolah swasta. Beliau secara perlahan menjelaskan mengenai sekolahnya tersebut. Sekolah yang sempat berdiri di kecamatan dawan pada tahun 1985 ini mengalami perpindahan ke Klungkung karena kurangnya calon siswa pada tahun 2000.

Tapi kini keadaan sudah terbalik, “Ada yang datang dari kecamatan dawan, daerah kusamba, juga yang dari banjarangkan, bahkan untuk sekarang dari bangli pun mulai datang” begitu tutur Tjok Gede Mayun saat ditanyakan mengenai asal siswanya. Pendapat dari Tjok Gede Mayun ini kemudian dipertegas oleh Tjokorda Rai Antara yang telah menjadi pengamat pendidikan di Klungkung “ada salah satu sekolah tingkat menengah atas yg dikelola oleh swasta peminatnya lebih banyak dari sekolah negeri, pada tahun 2016”. Mereka berdua sependapat bahwa sekolah swasta yang ada di Klungkung telah mengalahkan sekolah negeri dalam penerimaan murid, tentunya hal ini dikarenakan oleh faktor pendidikan.

“Orang tuanya golongan menengah kebawah, jadi kemampuan orang tua itu memang betul-betul minim penghasilannya, profesinya kebanyakan petani, buruh serabutan, tingkat pendidikanya paling banyak  SMP, SD” ucap Tjok Gede Mayun. Jadi ada keterbalikan disini, sekolah swasta yang biasanya diisi oleh orang-orang menengah keatas sekarang justru diisi oleh masyarakat menengah kebawah. Ini dapat dibuktikan kembali dengan kendaraan yang digunakan kesekolah. Tjok Gede Mayun mengutarakan “ ada 1-2 yang dianter orang tuanya karena keterbatasan kendaraan. Jadi sekeluarga punya 1 sepeda motor, anaknya perlu orang tuanya juga perlu”.

Orang tua rela membayar mahal yaitu 150.000 perbulan untuk sekolah ini agar anaknya bisa cepat-cepat mendapatkan pekerjaan dan dapat menghasilkan sendiri. “Ya emang pikirannya (siswa) kearah tamat-kerja, tamat-kerja, harapannya sih dapat kerja di hotel, restoran atau kapal pesiar” tutur Tjok Gede Mayun. Ternyata bukan hanya orang tua saja yang berkata seperti itu tapi anaknya juga.

“Kalau saya amati kemampuan orang tua membayar uang komite, sebagian besar anak anak niki menunda uang komite” tutur Tjok Gede Mayun. Dia mengutarakan perasaaanya, walaupun sekolah ini merupakan sekolah favorit tapi tidak jarang terjadi penunggakan saat pembayaran uang komite. Bahkan ada banyak siswa yang sampai sekarang belum menebus ijazahnya karena belum memiliki dana yang cukup. Namun ada dana BOS yang dapat membantu pembayaran uang komite ini, walaupun paling banyak hanya 50% dari uang komite yang dapat dibantu oleh pemerintah.

“Dengan bantuan dana bos yang 50% dari uang komite masih kurang bagi siswa, karena masih banyak yang nunggak untuk bayar uang komitenya” kata Tjok Rai Antara, dia tidak setuju dengan bantuan dana BOS yang masih dianggap sedikit. Baginya bantuan dana BOS yang sekarang ini belum dapat membuat seluruh siswa bebas dari menunggak uang komite. Bantuan dana BOS akan cukup apabila tidak ada murid lagi yang menunggak dengan alasan kekurangan dana.

“Sekolah tetap meningkatkan kualitas kurikulum maupun gurunya sekolah juga harus melakukan pengawasan terhadap anak didik sehingga tidak terpengaruh oleh lingkungan, minum-minum ngerokok” ucap Tjok Rai Antara. Harapannya agar sekolah-sekolah yang ada di Klungkung ini semakin dapat meningkatkan kinerja guru maupun siswanya. Selain itu beliau juga ingin agar tidak terjadi lagi permasalahan kekurangan dana BOS. (psd)
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Paling Meyakinkan Copyright © 2012 Template Designed by BTDesigner Published..Blogger Templates· Powered by Blogger